Kehalalan dan kehidupan

Kehalalan dan kehidupan. Sungguh, Seringkali kita tidak menyadari betapa besar arti halal untuk hidup kita. Mulai dari kita dilahirkan hingga kelak dimakamkan. Segala produk sandang, pangan, papan menyertai kehidupan kita. Terpikirkan andaikata ada salah satu, salah dua dst dari produk pangan yang tidak halal termakan atau terpakai tidak sengaja itu bagaimana??

Guru ngaji saya waktu kecil berkata, kalau tidak sengaja tidak apa laah kalau proses "tak sengaja” nya kelamaan, tanpa kita tahu ilmunya, itu jadi bagaimana lagi??? Sebab, manusia kan diberi tugas menuntut ilmu sebanyak-banyaknya.

Kehalalan dan kehidupan
Kehalalan dan kehidupan

Mari kita membincangkan titik kritis kehalalan produk pangan pada setiap siklus kehidupan manusia

Masa kelahiran (bayi)

Saat kita lahir disambut sukacita seluruh keluarga. Bayi yang didamba telah hadir. Tentunya, si bayi di awal pertumbuhan membutuhkan nutrisi cukup, dan datangnya dari air susu ibunda, yang kaya gizi. Namun, jika ASI sang bunda tidak cukup? Tentunya susu formula menjadi alternatif. Sebagai konsumen, ketika memilih susu ini, mau tidak mau kita cari yang berlogo halal. Begitu juga saat bayi perlu makanan tambahan, selain buah-buahan yang ditemukan di alam, maka biskuit, bubur biasanya jadi pilihan ibu-ibu. Dan gayung bersambut.. produsen pun harus menyediakan susu, biscuit , bubur yang halal jika produknya ingin dibeli ibu-ibu. Imunisasi dan vaksin yang disuntikkan pada masa bayi pun dituntut kehalalannya, karena akan bercampur dengan aliran darah.

Masa pertumbuhan (anak)

Tidak terasa, bayi sudah mampu berjalan dan banyak aktivitas dan kreativitas yang dilakukan. Tentunya membutuhkan asupan makanan bergizi yang dapat menunjang semua hal itu. Tidak hanya gizi, namun juga produk yang halal, terutama dari makanan yang merupakan reka cipta manusia bukan dari alam. Titik kritis halal pada produk masa pertumbuhan antara lain pada makanan dan minuman olahan, dan mungkin juga obat-obatan dan vitamin yang sangat dibutuhkan di masa pertumbuhan ini.

Masa remaja

Saat remaja, tentunya energi yang diperlukan akan lebih banyak lagi. Selain asupan makanan, sang remaja belia mulai memantas-mantaskan diri, menggunakan dan memilih pakaian yang layak dan.. ehmm… mulai mencoba-coba menggunakan make up!
Tentunya kehalalan dari produk make up dibutuhkan karena bersentuhan langsung dengan kulit. Begitu pula produk sandang seperti baju, sepatu selayaknya juga seperti itu (akan ada tulisan khusus mengenai keberadaan halal di produk sandang, ditunggu saja).

Masa Dewasa (Berkeluarga)

Berkeluarga adalah fase berikutnya dari kehidupan. Pada fase ini, pilihan akan barang yang dikonsumsi akan lebih bervariasi. Apabila keluarga mampu secara finansial, tidaklah sulit memilih produk halal diantara sekian banyak produk yang tersedia. Sang nyonya saat berbelanja akan mudah memilih daging yang dipotong atau disembelih secara islami, karena supermarket menyediakan produk tersebut, atau pasar tradisional yang sudah terstandarisasi. Akan tetapi bagaimana dengan keluarga yang ekonomi pas pasan, atau dibawah standar??? Mereka pasti menginginkan anak-anak mendapat asupan gizi meski tidak sering. Satu-satunya yang (mungkin) akan didatangi untuk membeli ke pasar tradisional, membeli produk unggas atau daging yang berharga miring. Di sini muncul titik kritis halal. Kita tidak tahu, apakah ayam itu tiren, atau daging sudah tercampur dengan yg tidak halal?? (naudzu billahi min zalik)

Masa tua

Dan.. akhirnya tibalah masa tua. Pada masa ini, kita butuh asupan makanan dan juga vitamin. Sudah banyak indra kita yang mengalami kemunduran. Anak kita membawa ke RS, tentunya agar orangtua nya menikmati masa tua tanpa ada penyakit.
Namun, jika memang terpaksa harus dibawa ke Rumah Sakit untuk observasi penyakit yang dilanjutkan dengan treatment pengobatan, seringkali pasien dan keluarga pasien mendapat obat yang banyak dan pasrah demi kesembuhan. Semoga obat yang diberikan sudah halal, dan andaikata belum, keadaan darurat menjadi solusi.

Wallahu’alam bissawab


IY-PamTim 

18092021

 

 

LihatTutupKomentar